Posts

Showing posts from August, 2011

Kemudian aku pun mencari dan mencari..

Ketika merasa sebagai orang yang paling bahagia di dunia, aku kemudian melihat cermin. kusaksikan sel-sel kulit wajahku mulai keriput dan menua. segera saja kegelisahan jiwa yang sudah sering kurasakan kembali muncul. kutatap cermin itu terus-menerus dan merenungkan kondisiku saat itu yang terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan. setiap kali aku merenungkan kondisi dan fasilitas yang ada, kusadari bahwa semuanya adalah fana dan tipuan belaka di mana kita tidak boleh terikat dengannya. Selain itu, pada saat tersebut aku menyaksikan ketidaksetiaan yang tak disangka-sangka dan ketidak patuhan yang tak bisa dibayangkan pada temanku yang kuanggap paling setia. sehingga aku muak terhadap dunia. ku katakan pada kalbuku "Apakah aku benar-benar tertipu?" kulihat orang-orang melihat kehidupan kita yang sebetulnya perlu diratapi dengan pandangan iri. apakah semua orang itu telah gila? ataukah aku yang sedang menuju kepada gila karena melihat mereka telah tertipu oleh dunia? baga

Cinta Keabadian

Ada hasrat yang sangat bergelora dan begitu kuat dalam lubuk hatiku untuk mencintai keabadian. Hasrat inilah yang membuatku berangan-angan agar semua yang ku cintai bersifat abadi. Namun, ketika aku menyadari bahwa apa yang aku cintai hanya bersifat sementara, dan bahkan menyaksikan bahwa apa saja yang aku cintai itu musnah, aku akan mengalami kepedihan yang sangat mendalam. Semua kepedihan dan kesedihan yang muncul akibat adanya perpisahan tersebut adalah merupakan ungkapan rasa kecewa yang bersumber dari kecintaanku terhadap keabadian. Seandainya aku tidak mempunyai naluri akan keabadian, aku tidak akan kecewa dengan hilangnya sesuatu yang aku cintai. Ya, kecintaan pada kekekalan itu merefleksikan eksistensi keesaan tuhan yang selalu menjadi muara hasrat setiap manusia, kendati banyak diantara kita tidak menyadarinya atau bahkan keliru dalam melabuhkan hasrat kita tersebut. karena segala keabadian lain bersifat relatif tidak mutlak, maka sejatinya kita hanya mendambakan keabad

Malam begitu gelap, Seperti hatiku yang pekat

ibarat bulan di atas awan Tak seberkas cahaya pun tembusi celahnya Meski hanya bayang kabur tertangkap mata Aku duduk di antara keduanya termangukan dan teriakkan Di mana burung camar yang biasa terbang bebas? di mana bintang gemintang yang selalu memancar? dan di mana bulan yang selalu bersinar terang? Kutatap lagi langit, ada awan tebal di sana. Bulan itu, tersembunyi di balik awan. Malam begitu gelap. Seperti hatiku yang pekat.

Kapan sajak ini usai?

Image
Kapan sajak ini usai? Sajak rindu yang tak pernah lagi bisa menyapa waktu Kesepian benar-benar telah menjadi pahlawan Pada embun pagi yang menggigil Menikam dinginnya malam pada setia sang pujangga Kau benar-benar pergi Mencari kisah lain pada kehidupan yang sama Langkahku tertatih mengais mimpi Kembali mencari fatamorgana yang tertimbun luka Yaa.. Sajak ini bagai tetes embun dari selembar daun Jatuh ke bumi dan lebur bersama angin Membasahi tanah kering Memurnikan pertemuan dengan kekasih Kukukuhkan ketulusanku Merelakanmu Bersama lelaki yang kau namai suami.. Sajak-Sajak Di Bawah Matahari Madura, akulah darahmu: Pilihan sajak, 1966-1996 Jejak kaki dan lagu hati: Kumpulan sajak

Berjuang Sampai Akhir

Bisa adalah sebuah talenta, mau adalah sebuah asetnya. Bisa tanpa kemauan hanyalah buang2 waktu saja. Berpikir besar belum tentu membuahkan hasil yg besar, tapi berpikir kecil hampir dipastikan membuahkan hasil yg kecil. Orang sukses tidak berbicara mengenai kecilnya kemungkinan untuk menang, tapi besarnya kemauan untuk berjuang sampai akhir..